Minggu, 13 November 2011

Four Days in Memory-October 2011(Part I)


Ternyata liburan yang kemarin menjadi ajang nostagila dengan teman-teman kuliahku.
Perjalanan dimulai dari tanggal 29 Oktober 2011. Hari itu Balikpapan sedang dilanda hujan yang sangat deras. Aku sempat khawatir mengenai cuaca buruk. Ditambah lagi kejadian minggu sebelumnya sebuah pesawat tergelincir keluar dari landasan pacu. Walaupun hari itu bukan lah musim liburan anak sekolah, ternyata bandara cukup ramai ditambah lagi rombongan haji yang siap diberangkatkan ke tanah suci.

Ketakutanku mulai sirna melihat cuaca yang semakin membaik. Perlahan sang mentari mulai menunjukan kekuatannya. Aku paling takut dengan yang namanya naik pesawat. Hal ini karenakan trauma atas perjalanan yang kurang mennyenangkan menuju kota Palu. Sepanjang perjalanan ke kota Palu, pesawat sangat bergoyang. Aku sebenarnya sadar bahwa goncangan tersebut lebih dikarenakan ketebalan awan yang harus diterobos oleh pesawat. Dan yang baru ku ketahui adalah ketinggan terbang sebuah pesawat. Untuk perjalanan Balikpapan menuju Palu ketinggan pesawat berada pada 23.000m diatas permukaan air laut. Sedangkan perjalanan sebaliknya, ketinggian pesawat berada pada 22.000m diatas permukaan air laut. Dan tersadarkan bahwa pada level tersebut banyak sekali awan, itu sebabnya seringkali terjadi goncangan.
Nah, untuk penerbangan Balikpapan menuju Jakarta ternyata berbeda.Pesawat akan terbang pada level 32.000m diatas permukaan air laut. Yang artinya adalah pesawat akan terbang diatas gumpalan awan. Intinya selama perjalananku dari Balikpapan-Jakarta adalah sangat nyaman. Ditambah dengan kru-kru pesawat yang sangat informal.

Aku tiba di Jakarta sekitar pukul 12.50, terlambat 15 menit dari jadwal yang sudah ditentukan. Aku sangat senang ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota Jakarta setelah terakhir ku menginjakkan kaki di Jakarta pada Desember tahun lalu.

Dibandara aku janjian dengan seorang sahabat, sohib, kawan dekat atau apapun sebutannya yang lain. Gita Paramita Djausal. Seorang sahabat yang aku kenal semester awal aku kuliah di Universitas Katolik Parahyangan.  Seorang sahabat yang sekarang tinggal di Lampung. Pertama yang kulakukan ketika sampai di ruang kedatangan, aku langsung mengirimkan pesan singkat “just landed” kepadanya. Sayang sekali, ternyata dia masih di ruang tunggu Bandara Bandar Lampung, Raden Inten II atau yang lebih dikenal dengan sebutan Branti. Pesawat yang ditumpanginya mengalami keterlambatan. Seharusnya dia sudah berangkat pukul 12.00wib dan tiba pukul 13.00, pesawat yang ditumpanginya juga belum berangkat.

Setelah menunggu hampir 1 Jam, akhirnya pesawatnya mendarat juga. Aku menunggunya di depan restoran cepat saji dekat pintu kedatangan. Hampir 2 tahun aku tidak pernah bertemu dengannya. Komunikasi yang terjalin hanya lewat teknologi yang ada. Akhir kamipun bertemu.

Rute selanjutnya adalah Soekarno-Hatta menuju daerah kemanggisan. Selama perjalanan yang memakan waktu hampir sekitar 1 jam, kami berbagi berbagai cerita. Ada cerita lucu selama perjalanan menuju kemanggisan. Gita yang tampak mengenal medannya ternyata tetap dibantu oleh GPS di telepon pintarnya. Aku pikir dia sudah sangat mengetahui arah perjalanan ini.

Setibanya di kemanggisan, tak butuh waktu lama untuk kami untuk bersiap-siap. Aku dan Gita berjanji untuk bertemu teman-teman kami lainnya yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Perjalanan ini sebenarnya sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Aku dan Gita sudah memberikan pengumuman kepada mereka bahwa kami akan berlibur Ke Jakarta dan Bandung pada akhir bulan. Kami berjanji bertemu di Grand Indonesia. Akhirnya aku dan Gita bertemu dengan Rini, Christy, dan Agus. Kami berlima langsung mencari tempat makan. Perutku yang sudah lapar (sekali) mulai meronta-ronta kesakitan. Sembari makan, kami saling bertukar cerita. Mulai dai Rini yang bercerita mengenai mantannya yang kembali mendekati dia sampai pada seorang pria mapan sekitar usia 37tahun yang lagi dekat dengannya. Pusing memilih antara mantan dan new comer. Tampak semua orang dimintai pendapat oleh Rini. Christypun sempat dibuat Gita menangis. Entah mengapa dia bias menangis. Agus hanya sering  menimpali dengan celetukan-celetukan atau jawaban konyol.

Perjalananan kami tidah hanya sampai di food court itu saja. Perjalanan berlanjut pada window shopping. Kami masuk kedalam toko bernama “Alun-Alun”. Disana aku dan dita menemukan kaos lucu bertuliskan “I garuda (lambang) RI” dan kamipun membelinya. Sedikit lebih mahall, tapi tak mengapalah.
Mitapun akhirnya datang bersama sang kekasih bernama Harris. Seorang kekasih yang kalau dilihat secara sekilas mirip dengan mantan kecengannya. Berdua menggunakan baju dengan warna yang sama yaitu Merah. Mita sekarang berambut pendek dengan gaya yang tidak berubah dari jaman kuliah dulu. Kaos simple dengan celana jeans beserta Converse setianya. Setelah itu perjalanan berlanjut ke toko sepatu bernama “littlethingsheneeds” dengan promo menggiurkan beli 2 Rp 200.000 saja. Aku dan Gita membeli promo tersebut.

 Nationarcism by Mia Wulandari 

Ternyata perut kami perlu diisi oleh asupan makanan lagi. Pergilah kami ke tempat makan bernama “ senchipaci”. Berhubung perutku tidak bias diajak kompromi, aku hanya memesan air mineral saja. Kali ini kami bercerita banyak hal.Teringat masa-masa kuliah. Tertawa seperti hanya ada kami di tempat itu. Tapi tetap untuk topic penbicaraan adalah Rini. Mitapun tak mau kalah. Dia baru pulang dari Europe Trip dan mulai berbagi oleh-oleh dan foto-foto turnya. Aku memilih parfum kecil beraroma citrus. Seharusnya aku memberikan uang receh ke mita, karena mitos yang pernah aku dengar seperti itu. Tapi aku lupa. Setelah hampir 1 jam kami ditempat itu Lilipun bergabung. Terlambat dengan alasan macet.

@Senchipaci with those girls
Tak hanya berbagi cerita, Gita juga berbagi Cupcakes yang dibawanya dari Lampung special buat kami dengan bertuliskan inisial masing-masing dari kami.

 Cupcakes by Gita Paramita

Hari semakin malam perjalanan kami pun diakhiri dengan perpisahaan tepat dietalase yang bertuliskan “foodlover”.  Aku dan Gitapun diantar pulang oleh Lili dan Rini.




 Saying goodbye

Hufft hari yang melelahkan.